Kelola Stres pun Penting untuk Cegah Kanker
By Admin
nusakini.com-Surakarta – Benarkah penggunaan alat kontrasepsi hormonal bisa mengakibatkan kanker serviks? Siapa saja yang bisa terkena kanker serviks? Apakah berciuman bisa mengakibatkan penyakit itu?
Pertanyaan dan mitos tersebut masih dijumpai di masyarakat. Tak mengherankan, sejumlah wanita enggan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Padahal, mau memakai kontrasepsi mantap juga tak berani.
Praktisi RSUD Dr Moewardi Surakarta dr Heru Priyanto SpOG (K) Onk mengakui adanya mitos yang berkembang di masyarakat, jika kanker serviks disebabkan oleh alat kontrasepsi hormonal. Sebab, kanker serviks hanya disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Virus itu pun ditularkan melalui hubungan seksual.
“Siapa yang berisiko terkena kanker serviks? Semua wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, memiliki resiko untuk terkena kanker serviks,” terangnya, saat live streaming Hindari Kanker Serviks, dari ruang rapat RSUD Dr Moewardi Surakarta, Senin (4/2).
Ditambahkan, wanita yang menikah muda, yakni kurang dari 20 tahun berisiko lebih besar terkena kanker serviks. Pasalnya, pada usia dibawah 20 tahun, epitel atau lapisan terluar dari mulut rahim belum matang, sehingga gampang terinfeksi virus HPV. Risiko tinggi lainnya pada multiseksual partner atau mereka yang sering berganti pasangan seksual, kondisi sanitasi atau gizi yang buruk, maupun wanita yang memiliki pasangan seksual dengan riwayat penyakit menular seksual (PMS).
“Khusus untuk pasangan seperti ini, digolongan sebagai high risk couple,” ujar Heru.
Dia meminta para wanita segera memeriksakan diri jika menemui gejala kanker serviks. Antara lain, keputihan yang bercampur dengan darah, coital post bleeding atau perdarahan pasca sanggama baik berupa bercak atau perdarahan spontan yang banyak.
Pada stadium lanjut, pasien akan mengalami nyeri pada rongga panggul, vagina bengkak, buang air kecil terganggu karena terdapat penyumbatan pada saluran uretra.
“Jika sudah muncul gejala tersebut, biasanya kanker sudah stadium lanjut. Karenanya, perlu deteksi dini kanker serviks, baik melalui IVA test maupun pap smear. Bisa juga dengan pemeriksaan menggunakan kamera atau pemeriksaan jaringan kanker. Semakin dini terdeteksi, jika segera diobati peluang sembuhnya akan lebih besar,” katanya.
Kanker mulut rahim yang terdeteksi sejak dini pada tahap lesi prakanker, imbuh Heru, dapat diobati secara tuntas pada satu atau kali kunjungan, dengan biaya Rp1 juta-Rp2 juta. Jika sudah masuk pada tahap kanker, bisa menghabiskan biaya sampai lebih dari Rp100 juta. Deteksi dini dapat dimulai ketika seseorang telah aktif secara seksual, lebih awal lebih baik.
Bagaimana agar terhundar dari kanker serviks? Heru menjelaskan, perubahan perilaku, misalnya tidak berhubungan seks yang berisiko, merupakan pencegahan primer. Mengelola stres pun penting. Jika seseorang mengalami stres, akan terjadi distress yang menyebabkan penurunan natural killer cell, yakni sistem yang mendeteksi adanya perubahan dalam tubuh. Selain itu, biasakan mengkonsumsi makanan sehat, setia dengan satu pasangan, vaksinasi untuk membentuk antibodi terhadap virus kanker serviks.
“Vaksinasi ini disarankan untuk dimulai pada usia 10 tahun. Jika dilakukan pada rentang usia 10-14 tahun, hanya memerlukan dua kali injeksi. Namun jika vaksinasi dilakukan di atas usia 14 tahun, memerlukan tiga kali injeksi.
Vaksinasi dapat dilakukan di dokter praktek atau RS tertentu yang menyediakan dan dilakukan sekali seumur hidup,” tandas Heru.(p/ab)